DONATE

Sabtu, 18 Julai 2009

BEBERAPA TOKOH PEMBANGUN PERGERAKAN ISLAM


SYAIKH UMAR TILMISANI
(Mursyid III IkhwanulMuslimin, 1322-1406 H/1904-1986M)

Syaikh Umar Tilmisani adalah salah seorang dari tokoh-tokoh dai dan murabi. Nama penuhnya ialah Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Mushthafa Tilmisani. Beliau pernah menjawat jawatan sebagai Mursyidul Am Ikhwanul Muslimin setelah wafatnya Mursyidul ‘Am kedua, Hasan Al-Hudhaibi,pada bulan November 1973.

Tempat, Tanggal Lahir dan Masa Kecil Syaikh Umar Tilmisani.

Garis keturunan Syaikh Umar Tilmisani berasal dari Tilmisan, Al-Jazair. Beliau dilahirkan di kota Cairo pada tahun 1322 H/1904, di Jalan Hausy Qadam, Al-Ghauriyah. Ayah dan datuknya merupakan pedagang kain dan batu permata. Syaikh Umar Tilmisani mendapat pendidikan awal di sekolah yang dikelolai oleh yayasan sosial tingkatan menengah dan atas di Madrasah Ilhamiyah, kemudian melanjutkan pelajaran dalam bidang Fakulti Perundangan.

Pada Tahun 1933, Syaikh Umar Tilmisani tamat pengajian dalam bidang Fakulti Perundangan, kemudian mewujudkan sidang peguam di Syabin Al-Qanathir dan bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin.

Syaikh Umar Tilmisani merupakan peguam pertama yang bergabung dengan Ikhwan, mewakafkan pemikiran, dan potensi untuk membelanya. Beliau termasuk salah seorang orang kuat Imam Asy- Syahid Hasan Al-Banna. Beliau sering menyertai Al-Banna dalam beberapa lawatan, baik di dalam mahupun di luar Mesir. Bahkan, Al-Banna sering meminta bantuannya dalam menyelesaikan beberapa masalah.

Syaikh Umar Tilmisani berkahwin ketika masih di bangku Sekolah Menengah Atas. Isterinya wafat pada bulan Ogos 1979, setelah menyertainya selama setengah abad lebih. Dari pernikahan ini mereka dikurniakan empat orang anak; Abid, Abdul Fattah, dan dua orang puteri.

Kesibukan Syaikh Umar Tilmisani sebagai peguam tidak membuatnya lupa memperkayakan diri dengan ilmu pengetahuan. Beliau banyak menelaah berbagai-bagai ilmu, seperti tafsir, hadits, fiqh, sirah, tarikh, dan biografi para tokoh.

Syaikh Umar Tilmisani selalu mengikuti perkembangan berbagai-bagai konspirasi musuh Islam, baik di dalam mahupun di luar negeri. Beliau amat berwaspada, mengkaji, menentukan sikap, menentang konspirasi dengan bijaksana dan nasihat yang baik, membantah tuduhan-tuduhan, mentahkikkan ungkapan-ungkapan, dan mengikis syubhat-syubhat yang dibuatnya, dengan kepercayaan diri orang mukmin yang tahu ketinggian nilai agamanya kehinaan selain Islam. Sebab, tiada penolong setelah
Allah ta’ala dan tiada agama yang diredhai Allah selain Islam. Saya mula mengenali Syeikh Umar Tilmisani pada tahun 1949, ketika saya baru pertama kali tiba di Mesir untuk meneruskan pengajian di peringkat tinggi. Ketika itu ada perhimpunan yang dihadiri oleh para tokoh ikhwan, setelah syahidnya Imam Hasan Al Banna dan sebelum terpilihnya Mursyidul Am Kedua, Hasan Al Hudhaibi. Ketika itu kami sedang mendengar nasihat dan kajian yang dibuat oleh mereka. Dari situ, kami mengenali ketulusan hati budi, sopan santun, tawaddhuk, murah senyuman, serta kasih sayangnya pada setiap ahli ikhwanul muslimin, terutamanya generasi muda yang bercita-cita tinggi memetik buah sebelum gugur dan membalas perlakuan musuh setaraf dengan perlakuannya terhadap jamaah.

Komitmen Diri Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani meninggalkan kesan positif pada orang-orang yang mengenali atau berhubungan dengannya. Beliau dikurniai kejernihan hati, kebersihan jiwa, kehalusan ucapan, kepetahan ungkapan yang keluar dari lisannya, lidah yang fasih dengan teknik berdebat, dan dialog yang sangat tersusun. Syaikh Umar Tilmisani menceritakan
komitmen dirinya, “. Kerana itu, saya tidak bermusuhan dengan siapa pun, kecuali dalam rangka membela kebenaran, atau mengajak menerapkan Kitab Allah Ta ‘ala. Kalaupun ada permusuhan, maka itu berasal dari pihak mereka, bukan dariku. Saya menyumpah diriku untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar, meskipun tidak setuju
dengan kebijakannya, atau bahkan ia menyakitiku. Kerana itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku dengan seseorang kerana masalah peribadi.”

Tidak berlebihan kalau saya simpulkan bahawa siapa pun yang keluar dari majlisnya, pasti mengagumi, menghormati, dan mencintai dai unik yang menjadi murid Imam Hasan Al- Banna ini, lulus dari madrasahnya, dan bergabung dengan jamaahnya sebagai dai yang tulus dan ikhlas.

Akhlak dan Sifat Syaikh Umar Tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani sangat pemalu, seperti diketahui orang-orang yang melihatnya dari dekat. Orang yang sering duduk dan berdialog dengan Syaikh Umar Tilmisani merasakan betapa keras dan lamanya ujian yang beliau alami di penjara, malah mensterilkan dirinya, hingga tiada tempat di dalam dirinya selain kebenaran. Ia mendekam di balik jeruji besi selama hampir dua puluh tahun. Beliau masuk penjara pada tahun 1948, dan masuk lagi pada tahun 1954. Penguasa Mesir memenjarakannya
untuk ketiga kalinya tahun 1981. Namun, ujian-ujian itu tidak mempengaruhi dirinya, dan justeru menambah ketegasan dan ketegarannya.

Dalam wawancara dengan majalah Al- Yamamah Arab Saudi, edisi 14 Januari 1982, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Tabiat yang membesarkanku membuatku benci kekerasan, apa pun bentuknya. Ini bukan hanya sekadar sikap politik, tapi sikap peribadi yang berkait dengan struktur keberadaanku. Bahkan, andai dizalimi, saya tidak akan
menggunakan kekerasan. Mungkin, saya menggunakan kekuatan untuk mengadakan perubahan, tapi tidak untuk kekerasan.” Surat Untuk Presiden Dalam surat terbuka untuk Presiden Mesir yang dimuatkan dalam surat khabar Asy-Sya’b Al- Qahiriyahn, edisi 14 Mac 1986, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Wahai presiden yang mulia, yang terpenting bagi kami, kaum muslimin Mesir, adalah menjadi bangsa yang aman, stabil,
dan tenang di bawah naungan syariat Allah Ta’ala. Sebab kemaslahatan umat ini terletak pada penerapan syariat-Nya. Tidak berlebihan bila saya katakan, bahawa penerapan syariat Allah Ta’ala di Mesir akan menjadi pembuka kebaikan bagi seluruh wilayahnya. Dengan itulah, penguasa dan seluruh rakyat mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan.”

Nasihat-nasihat Syaikh Umar Tilmisani

Dalam untaian nasihat yang disampaikan kepada generasi muda, dai Ikhwan, dan lainnya, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Tentangan yang dialami dai sangat berat dan sukar. Kekuatan material berada di tangan musuh-musuh Islam yang bersatu untuk memerangi umat Islam, meskipun mereka memiliki kepentingan berbeza. Jamaah Ikhwanul Muslimin sekarang menjadi sasaran tembak mereka.

Menurut logik dan akal manusia, pasukan Thalut yang beriman tidak mampu melawan Jalut dan tenteranya. Tapi, ketika pasukan kaum mukmin yakin kemenangan itu datang dari Allah Ta’ala, bukan hanya bergantung pada jumlah dan kelengkapan persenjataan, maka mereka dapat mengalahkan pasukan Jalut dengan izin Allah Ta’ala.

Saya tidak meremehkan kekuatan peribadi, juga tidak meminta dai selalu
membisu, zikir dengan menggerakkan leher ke kanan dan ke kiri,
memukulkan telapak tangan, dan menongkatkan dagu, kerana itu semua
bencana yang membahayakan dan mematikan.

Sesungguhnya, yang saya inginkan ialah berpegang teguh dengan wahyu
Allah Ta’ala, berjihad dengan kalimat yang benar, tidak menghiraukan
gangguan, menjadikan diri sebagai teladan dalam kepahlawanan, bersikap
satria, istiqomah, dan yakin bahwa Allah Ta’ala pasti menguji
hamba-bamba-Nya dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan, agar dapat diketahui siapa yang tulus dan siapa yang
munafik. Aspek-aspek inilah yang merupakan faktor-faktor penyebab
kemenangan. Kisah-kisah di dalam Al-Qur’an merupakan argumen paling
baik dalam masalah ini. Semangat pemuda yang diiringi pemahaman
mendalam tidak memerlukan banyak eksperimen,tetapi sangat memerlukan
kesabaran,kekuatan dan komitmen pada aturan Quranul Karim, dan
mengkaji sirah generasi pendahulu yang telah menerapkannya di setiap
aktiviti mereka.Itu penting, agar Allah Ta’ala mengurniakan
kemenangan, kemuliaan, dan kekuasaan yang hampir dianggap mustahil.”
Istiqamah dan Keberanian Syaikh Umar Tilmisani

Ustadz Umar Tilmisani dikenali sebagai seorang yang tegas di dalam
mahupun di luar penjara. Beliau tidak pernah tunduk pada ancaman atau
intimidasi. Beliau juga dikenali sebagai seorang yang zuhud, iffah
(menjaga kehormatan, pent.), hanya takut kepada Allah Ta’ala, dan
mengharapkan keredhaan-Nya. Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Saya tidak
pernah takut kepada siapa pun selama hidupku, kecuali kepada Allah
Ta’ala. Tidak ada yang dapat menghalangku mengucapkan kebenaran yang
saya yakini, meskipun orang lain merasa berat dan saya mendapat
kesusahan kerananya.

Saya katakan apa yang ku yakini dengan tenang, mantap, dan sopan, agar
tidak menyakiti pendengar atau melukai perasaannya. Saya juga berusaha
menjauhi katakata yang mungkin tidak disukai lawan bicaraku. Dengan
cara seperti itu, saya mendapatkan ketenangan jiwa. Andai cara ini
tidak dapat merekrut banyak kawan, maka berdiam diri menjagaku dari
kejahatan lawan.” Sikap tulus, ucapannya, serius bekerja, berani
menghadapi persoalan, istiqomah, dan teguh menghadapi tentangan dari
dalam mahupun dari luar adalah ciriciri khas Ustadz Umar Tilmisani.

Dalam dialog terbuka di kota Isma’iliyah yang dihadiri Ustadz Umar
Tilmisani dan disiarkan secara langsung di radio dan televisyen,
Presiden Anwar Sadat menuduh Jamaah Ikhwanul Muslimin sebagai dalang
fitnah sekretariat. Anwar Sadat juga melontarkan tuduhan palsu lainnya
kepada Ikhwan. Tidak ada pilihan bagi Ustadz Tilmisani kecuali berdiri
menjawab tuduhan Anwar Sadat, “Siapa pun yang berlaku zalim kepadaku,
maka biasanya saya laporkan (adukan) kepada Anda. Kerana Anda rujukan
tertinggi – setelah Allah Ta’ala— buat orang-orang yang mengadu.
Sekarang, kezaliman itu datang dari Anda, kerana itu saya adukan Anda
kepada Allah Ta’ala.”

Mendengar itu semua, Anwar Sadat terkejut dan gementar, kemudian
meminta agar Ustadz Umar Tilmisani menarik kembali pengaduannya.
Ustadz Tilmisani menjawab dengan tegas, sopan, dan menegaskan, “Saya
tidak mengadukan Anda kepada pihak yang zalim, tapi kepada Zat Yang
Maha Adil. Dialah yang mengetahui segala yang saya katakan!”

Gaya Hidup Syaikh Umar Tilmisani
Gaya menawan dalam dialog yang mewarnai setiap tindakan Syaikh Umar
Tilmisani bukanlah tindakan yang dibuat-buat. Itulah ciri khas yang
melekat pada ucapan, perilaku, akhlak, dan interaksinya; baik dengan
individu, jamaah, pemimpin, penguasa, dan majoriti manusia, tanpa
membeza-bezakan orang kecil atau orang besar, orang miskin atau orang
kaya. Syaikh Umar Tilmisani sangat meyakini prinsip Ikhwanul Muslimin
yang diambil dari Al-Qur’an, As-Sunah, dan ijma’ para ulama’.

Jamaah Syaikh Umar Tilmisani
Syaikh Umar Tilmisani berpendapat, Jamaah Ikhwanul Muslimin adalah
gerakan Islam yang tulus dan murni. Syaikh Umar Tilmisani berkata,
“Orang yang menghayati langkahlangkah Ikhwanul Muslimin, semenjak
penubuhannya pada tahun 1347 H./I928 hingga hari ini, tidak akan
menjumpai sesuatu pun kecuali serangkaian pengorbanan berkesinambungan
untuk menegakkan aqidah, potensi optimum yang produktif di semua
sektor kegiatan sosial, berkeupayaan mengukuhkan ikatan persaudaraan
antara berbagai-bagai bangsa muslim, dan usaha menyebarkan perdamaian
di seluruh negara.

Ikhwanul Muslimin diperangi berbagai aliran; baik dari dalam mahupun
luar negara. Meskipun demikian, Ikhwanul Muslimin tidak pernah
sekali-kali berusaha menyebarkan fitnah, memecah-belahkan persatuan,
menghancurkan lembaga-lembaga lain, berdebat secara anarkis, atau
menbuat fitnah untuk menjatuhkan seseorang.”

Ciri khas lain Syaikh Umar Tilmisani ialah menyejukkan, membangunkan
aktiviti, dan dasar interaksinya yang setia, meskipun terhadap orang
yang tidak pernah mahu sepakat, bahkan memerangi Ikhwanul Muslimin.

Syaikh Umar Tilmisani berwasiat, “Muslim tidak mengenal istilah ‘agama
milik Allah Ta’ala dan tanah air milik semua orang.” Setiap muslim
meyakini segala yang ada di alam ini milik Allah Ta’ala semata. Siapa
yang berusaha mengubah makna ini merupakan penipu yang ingin menrampas
sumber kekuatan negara, agar mudah dikhianati. Orang muslim tidak
mengenal pemisahan antara agama dan negara. Mereka yakin sepenuhnya
pemerintah tidak mempunyai hak bersama Allah Ta’ala., sebab apabila
diyakini pemerintah mempunyai hak bersama Allah Ta ‘ala, maka
pemerintah menjadi sekutu bagi-Nya. Sedang muslim tidak mengakui
kemusyrikan dalam bentuk apa pun.”

Sifat Zuhud, Tawadhu, dan Sederhana Syaikh Umar Tilmisani

Ustadz Umar Tilmisani adalah dai, murabi, dan pemimpin yang hidup
secara tulus dengan Allah Ta ‘ala, berjuang untuk menegakkan agama-
Nya, aktif dalam dunia dakwah, bersabar, selalu meningkatkan
kesabaran, berjaga, berjihad, berpegang teguh pada tali agama Allah
Ta’ala yang kukuh, dan bekerjasama dengan mujahid yang tulus, baik
ketika menjadi perajurit atau pemimpin, di penjara atau di luar
penjara.

Beliau tidak pernah mengubah sikap, pembohong, menyimpang, tamak
terhadap keindahan dunia dan kuasa. Beliau meninggalkan kehidupan yang
penuh dengan bunga-bunga dunia, untuk menghadap Allah Ta ‘ala.

Beliau tinggal di apartment yang sangat sederhana dan bersyukur dengan
hidupnya, tanpa memaksakan diri. Saya sedih hingga air mataku ingin
keluar membasahi pipi, tapi saya berusaha menahannya kerana khuatir
beliau menyedarinya. Apalah ertinya kita jika dibandingkan dengan
orang-orang yang telah dibebaskan imannya dari penyakit cinta dunia,
dan mengorbankan apa saja untuk memperjuangkan agama! Apartment Syaikh
Umar Tilmisani berada di lorong sempit Komplek Al-Mulaiji
Asy-Sya’biyah AI-Qadimah, wilayah Ath-Thahir Kairo. Tangga menuju ke
kediamannya sudah tua dan usang, dan perabotnya sangat sederhana.
Padahal beliau berasal dari keluarga yang kaya-raya dan berstatus
tinggi. Ini semua mencerminkan kezuhudan, kesederhanaan, dan
ketawadhuannya.

Syaikh Umar Tilmisani dicintai pemuka masyarakat Mesir di semua
lapisan. Orang-orang Qibthi juga mencintai dan menghormatinya. Bahkan
ahli kerajaan pun amat menyeganinya dan mengakui sifat-sifat mulianya.

Seluruh anggota Ikhwanul Muslimin menganggapnya sebagai contoh
teladan, berlumba-lumba untuk menimba ilmunya, dan berebut untuk
melaksanakan seruannya. Ini kerana cinta kepada Allah Ta ‘ala
merupakan landasan interaksi mereka, penerapan syariatNya merupakan
target mereka, dan keredhaanNya tujuan mereka.

Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke berbagai-bagai negara Islam; baik
Arab maupun non-Arab, dan kaum muslimin di tempat pengasingan, adalah
penglipur lara luka-luka umat, sekaligus memberi bimbingan untuk kaum
muslimin dalam melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk agama,
umat, dan tanah air mereka.

Seluruh kajian, ceramah, dialog, nasihat, bimbingan, dan ucapan Syaikh
Umar Tilmisani memberi motivasi kepada umat, terutama para pemuda,
intelektual, dan golongan ulama, agar memikul tanggungjawab dan
menunaikan peranan dalam mengembalikan kejayaan Islam, sesuai dengan
posisi dan bakat masing-masing. Inilah tugas dai di setiap masa dan
tempat, sebab inilah risalah yang dibawa oleh para rasul yang
diwariskan kepada ulama, aktivis pergerakan, dai yang tulus, dan kaum
mukminin yang ikhlas.

Karya-Karya Syaikh Umar Tilmisani

Ustadz Umar Tilmisani menyumbangkan khazanah pemikiran Islam menerusi
beberapa karya tulisan dalam beberapa tema. Antara karyanya yang
paling terkenal ialah:

1. Syahidul Mihrab ‘Umar Ibnu Al-Khathab.
2. Al-Khuruj Minal Ma’zaqil Islamir Rahin.
3. Al-Islamu wal Hukumatud Diniyah.
4. Al-Islamu wal Hayah.
5. Araa Fid Din Was Siyasah.
6. Al-Mulhimul Mauhub Hasanul Banna; Ustadzul Jil.
7. Haula Risalah (Nahwan Nur).
8. Dzikrayat La Mudzakkirat.
9. Al-Islam wa Nazhratuhus Samiyab Lil Mar’ah.
10. Ba’dhu Ma ‘Allamanil Ikhwanul Muslimun.
11. Qalan Nasu Walam Aqulfi Hukmi ‘Abdin Nasir.
12. Ayyam Ma’as Sadat.
13. Min Fiqhil I’lamil Islami.
14. Min Sifatil ‘Abidin.
15. Ya Hukkamal Muslimin, Ala Takhafunallah?.
16. Fi Riyadhit Tauhid.
17. La Nakhafus Salam, Walakin
.
Ditambah lagi karya tulisan berupa prakata redaksi didalam majalah
Ad-Dakwah Al-Qahiriyah, makalah tentang persoalan Islam yang dimuatkan
dalam berbagai-bagai majalah dan surat khabar, ceramah di seminar;
baik di negara-negara Arab, Islam, maupun Barat, kajian, dan bimbingan
yang disampaikan dalam program-program Ikhwan. Komentar Umum tentang
Syaikh Umar Tilmisani

Dalam bukunya, ‘Umar Tilmisani Al- Mursyid Ats-Tsalis Lit Ikhwan
Al-Muslimun, Ustadz Muhammad Said Abdur Rahim menyatakan, ” Thaghut
(penguasa zalim; Abdun Naser) meninggal dunia, lalu para tahanan yang
meringkuk di dalam penjara selama bertahun-tahun dikeluarkan, Ujian
yang menimpa mengukuhkan jiwa, dan menguatkan tekad mereka. Fizikal
mereka memang menjadi lemah, tetapi ruh mereka semakin rindu kepada
apa yang ada di sisi Allah Ta ‘ala dan menganggap dunia tidak ada
ertinya. Bahkan, ketakutan hilang dari hati mereka. Mereka keluar dari
penjara menjadi manusia yang istiqomah dan kukuh, laksana
gunung-ganang kerana di penjara mereka menghafal AI-Qur’anul Karim dan
menimba ilmu. Dalam penjara, mereka berjaya menundukkan syahwat dan
mengenal watak asli manusia. Benar, penjara menjadi madrasah dan guru
yang memberi lebih banyak kepada mereka, daripada yang diminta dari
mereka.

Di antara orang yang keluar dari penjara ialah Ustadz Umar Tilmisani.
Allah Ta ‘ala menyiapkannya memimpin Jamaah pada fasa itu. Beliau
merupakan pemimpin yang sanggup menakhodai bahtera yang sedang
mengharungi gempuran badai samudra dengan bijaksana, sabar, tenang,
dan lembut disertai keteguhan iman dan semangat waja.

Pada zaman kepimpinan Syaikh Umar Tilmisani, dakwah berkembang pesat
melebihi masa-masa sebelumnya. Para pemuda yang ingin tahu kepada
Islam, hingga semangat keislaman menjadi warna dominan di berbagai
kampus dan persatuan, bahkan di Mesir secara keseluruhannya. Beliau
mampu menakhodai bahtera secara piawai, tangkas, dan profesional. Dan
hasilnya, bahtera dapat melintasi berbagai-bagai perangkap dan
gelombang bahaya, hingga akhirnya tiba di pantai yang aman. Umar
Tilmisani — rahimahullah- mengalami berbagaibagai ujian dan
menghabiskan sekitar dua puluh tahun umurnya di penjara. Beliau tabah
dan sabar menghadapi penyeksaan dari penjaga penjara. Meskipun
mendapat siksaan keras dan perlakuan kasar dari penjaga penjara,
lisannya tidak pernah bosan berzikir kepada Allah Ta ‘ala dan mengajak
saudara-saudaranya bersabar dan istiqomah. Bahkan, lisannya tidak
pernah mengucapkan kata-kata keji kepada penjaga penjara dan
orang-orang yang menzaliminya. Beliau menyerahkan urusan mereka kepada
Allah Ta ‘ala kerana Dialah sebaik-baik pihak yang diserahi. Kembali
ke Rahmatullah Ustadz Umar Tilmisani pulang ke rahmatullah pada hari
Rabu, 13 Ramadhan 1406, bersamaan dengan 22 Mei 1986 di rumah sakit,
kerana menderita sakit, dalam usia hampir 82 tahun.

Syaikh Umar Tilmisani disolatkan di Masjid Jami’ Umar Mukarram, Cairo,
dengan dihadiri pelawat yang jumlahnya mendekati seperempat juta
manusia. Bahkan ada yang mengatakan setengah juta manusia dari
penduduk Mesir dan utusan yang datang dari luar Mesir. Alhamdulillah,
Allah Ta’ala memberikan kesempatan padaku untuk ikut melawat beliau
bersama beberapa Ikhwan dari negara-negara Arab. Inilah biografi
ringkas Ustadz Umar Tilmisani, Mursyidul Am Ketiga Ikhwanul Muslimin,
Semoga Allah Ta ‘ala menerima dan memasukkannya ke dalam golongan
hamba-hamba- Nya yang shalih, serta menyertakan kita bersama mereka di
sisi-Nya.



Syeikh Muhammad Al-Ghazali; Da’i dan Ulama Kontemporer



Seorang ulama’ yang masyhur di Mesir dan seluruh dunia Islam hari ini. Dididik oleh al-Azhar sejak dari peringkat pengajian rendah hinggalah ke pengajian tinggi dan akhirnya muncul sebagai seorang ulama’ kelahiran al-Azhar yang berwibawa. Kecintaannya pada al-Azhar amat mendalam. Kerana itu beliau sentiasa melazimi pakaian para ulama’ al-Azhar; berjubah dan berserban. Pernah suatu ketika beliau melawat ke satu negeri di Eropah. Semasa dalam keretapi, ada seorang menegur beliau; ‘Tidak bolehkah engkau menanggalkan serban dan jubah engkau dan engkau memakai kot sepertimana orang di sini biasa memakainya”. Beliau menjawab; “Apa salahnya aku memakai pakaian yang biasa dipakai oleh ulama’-ulama’ al-Azhar. Jika seorang anggota tentera, anggota polis dan sebagainya berbangga dengan uniform tentera dan polisnya, maka aku juga berbangga dengan uniform al-Azharku (yakni berserban dan berjubah)”.


Lahir tahun 1917. Semasa mudanya sempat berjumpa dengan Imam Asy-Syahid Hasan al-Banna dan menjadi anak murid serta pengikut setia beliau hingga saat kematiannya kerana ditembak. Dalam satu tulisannya, Syeikh Muhammad al-Ghazali pernah menulis; “Imam Hasan al-Banna adalah mursyidku yang pertama”. Pernah dalam satu wawancara oleh Radio Mesir secara lansung, beliau ditanya oleh juru-hebah; “Siapakah tokoh yang membentuk keperibadiannya?”. Syeikh Muhammad al-Ghazali menjawab; “Hasan al-Banna”. Terus ketika itu juga siaran secara lansung itu dihentikan gara-gara kerana nama Imam Hasan al-Banna disebut. Kerajaan Sekular Mesir amat memusuhi Imam Hasan al-Banna dan Ikhwan Muslimun. Kerana itu, nama beliau dilarang sama sekali disebut dalam radio mahupun televisyen. Syeikh Muhammad al-Ghazali menjadikan penulisan sebagai medan dakwah utama beliau di samping lisan. Beliau telah menulis lebih 50 buah buku di samping artikel-artikel yang disiarkan dalam majalah-majalah dan akhbar. Buku-buku tulisan beliau mendapat sambutan yang luar biasa umat Islam di seluruh terutama di kalangan Arab. Kesemua buku beliau menjadi best seller di Tanah Arab dan Dunia Islam serta telah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa di seluruh dunia termasuk bahasa Melayu.


Ustadz Muhammad Al-Ghazali adalah seorang dai brilliant, memiliki semangat menggelora, keimanan mendalam, perasaan lembut, tekad membaja, lincah, ungkapan-ungkapan mensastra, terkesan, mengesankan, supel dan pemurah. Ini semua diketahui setiap orang yang pernah hidup bersamanya, menyertai dan bertemu dengannya.

Ia tidak suka memaksakan diri (takalluf), benci kesombongan dan sikap sok tahu, aktif mengikuti perkembangan sosial dengan segala persoalannya, ikut menyelesaikan problematika umat, mengungkap hakikat, dan mengingatkan umat tentang bencana yang ditimbulkan syaitan-syaitan manusia dan jin; baik dari Barat maupun dari Timur.

Beliau juga selalu memberi semangat kepada umat Islam untuk berjuang di jalan Allah, dan membela kaum lemah, menyadarkan mereka perihal konspirasi musuh-musuh Islam di dalam dan luar negeri, mengungkap rencana-rencana busuk mereka untuk memerangi Islam dan kaum muslimin, membongkar kebusukan Komunisme, Sekularisme, Freemasonry, Atheisme, Eksistensisme, Salibisme, dan Zionisme. Ia senantiasa mengingatkan umat tentang persekongkolan kekuatan-kekuatan jahat untuk melawan Islam dan dainya, serta menjelaskan cara melawan serangan kekuatan kufur.

“Syeikh Muhammad Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh Islam abad modern. Ia adalah dai yang sulit ditemukan tandingannya di dunia Islam saat ini. Ia jenius dan keindahan katanya menawan hati, hingga saya dapat menghafal beberapa ungkapan, bahkan beberapa lembar tulisannya, lalu mengulang teks aslinya di beberapa ceramah”. Demikian komentar DR. Yusuf Al-Qardhawi di bukunya As-Syaikh Al-Ghazali kama Araftuhu (Syaikh Al-Ghazali yang saya kenal).

Syeikh Muhammad Al-Ghazali lahir pada tanggal 22 September 1917, di kampung Naklal Inab, Ital Al-barud, Buhairah, Mesir. Di dibesarkan di keluarga agamis yang sibuk di dunia perdagangan. Ayahnya hafizh Al-Qur’an. Lalu sang anak tumbuh mengikuti jejak ayahandanya dan hafal Al-Qur’an semenjak usia sepuluh tahun.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menerima ilmu dari guru-guru di kampungnya. Ia masuk sekolah agama di Iskandariah dan menamatkan tingkat dasar hingga menengah atas (SMU). Kemudian pindah ke Kairo untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Ushuluddin dan mendapat ijazah pada tahun 1361/1943 M. ia mengambil spesialisasi dakwah wal Irsyad dan mendapat gelar Megister tahun 1362/1943. Para guru yang paling berpengaruh padanya saat studi ialah Syaikh Abdul Aziz Bilal, Syaikh Ibrahim Al-Gharbawi, Syaikh Abdul Azhim Az-Zarqani dan lain-lain.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menikah saat masih kuliah di fakultas Ushuluddin dan dikaruniai sembilan orang anak.


Aktiviti syeikh Muhammad Al-Ghazali

Setelah menyelesaikan studi, syeikh Muhammad Al-Ghazali menjadi imam dan khatib di masjid Al-Atabah Al-Khadra. Setelah itu ia mendapat banyak jabatan yang secara berurutan sebagai berikut; dewan pengawas masjid, dewan penasihat Al-Azhar, wakil dewan urusan masjid, direktur urusan masjid, direktur pelatihan, direktur dakwah wal irsyad.

Tahun 1949 syaikh Muhammad Al-Ghazali mendekam di penjara Ath-Thur selama satu tahun dan penjara Tharah tahun 1965 selama beberapa waktu.

Syeikh Muhammad Al-Ghazali menjadi dosen tamu di universitas Ummul Qura, Mekah Al-Mukarramah tahun 1971. Tahun 1981 ia ditunjuk sebagai wakil menteri, kemudian memegang jabatan ketua dewan keilmuan universitas Al-Amir Abdul Qadir Al-Jazairi Al-Islamiyah.

Awal perkenalan syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan imam Hasan Al-Banna

Awal interaksi syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan imam Syahid Hasan Al-Banna dikisahkan oleh ustadz Muhammad Majdzub di bukunya ulama wa mufakkirun araftuhum. Ustadz madzub mengutip ucapan Al-Ghazali: “…perkenalan itu bermula saat saya belajar di sekolah menengah (SMU) Iskandariah. Saat itu, saya punya kebiasaan menetap di Masjid Abdurrahman bin Harmuz, daerah Ra’sut tiin selepas shalat Maghrib, untuk mengulang pelajaran. Pada suatu sore, imam Al-Banna menyampaikan nasihat singkat tentang penjelasan: “Bertaqwalah kepada Allah dimana saja ikutilah setiap perbuatan buruk dengan perbuatan baik, tentu yang baik akan menghapusnya..” kata-katanya sangat berkesan dan langsung menembus ke hati yang paling dalam. Setelah mendengar nasihat itu, hatiku tertambat kepadanya. Saya tertarik kepada sosok dan pribadinya. Sejak itu, hubunganku dengannya terjalin erat. Saya senantiasa bersamanya selepas shalat Isya, di majelis yang terdiri dari tokoh-tokoh dakwah. Selanjutnya, saya meneruskan aktivitas dalam perjuangan Islam bersama dai besar ini, hingga ia syahid tahun 1949.

Pada mukadimah buku dusturul wihdah ats-tsaqafiyah lil muslimin, Muhammad Al-Ghazali berkata:”Inspirasi dan tema buku ini berasal dari Imam Hasan Al-Banna; pembaharu abad XIV hijriyah. Ia telah meletakkan prinsip yang dapat menyatukan umat, memperjelas tujuan yang samar, mengembalikan kaum muslimin kepada Al-Qur’an dan As-sunnah, serta menyingkirkan penyimpangan dan sikap santai, dengan halus dan cermat, sehingga kelemahan dan kemalasan tidak terjadi”.

Tentang mursyid am kedua Ikhwanul Muslimin, ustadz Hasan Al-Hudaibi, Muhammad Al-Ghazali menyatakan: “..Sebenarnya ia tidak pernah berupaya untuk memimpin Ikhwanul Muslimi, tetapi ikhwanlah yang minta ia menjadi pimpinan. Ketegasan dan ketegarannya berhak untuk diketahui semua orang. Ia tidak pernah berkeluh kesah atau mundur karena musibah atau ujian. Sampai usia senja ia tetap memiliki keimanan mendalam dan optimisme tinggi. Tidaklah salah bila dikatakan bahwa kesabaran yang mengokohkan imannya itu menjadikannya lebih mulia dalam pandangan saya. Musibah yang menimpa diri dan keluarganya secara bertubi-tubi tidak mengikis sifat jujurnya dalam menghukumi masalah. Bahkan, tidak membuatnya surut dari manhaj jamaah Islamiyah, malah sebaliknya. Saya menemuinya setelah berbagai musibah berlalu untuk memperbaiki hubungan dengannya”.

Komentar orang tentang syeikh Muhammad Al-Ghazali

Satu hal yang membanggakan syeikh Muhammad Al-Ghazali ialah saat menerima surat dari imam Al-Banna, padahal ia masih muda belia tahun 1945. Surat imam Al-Banna berbunyi:

“Saudaraku yang mulia, syeikh Muhammad Al-Ghazali…

Assalamu’alaiku warahmatullahi wabarakatuh.

Saya sudah membaca makalah Anda yang bertema Al-Ikhwanul Muslimin wal Ahzab di edisi akhir majalah Ikhwanul muslimin. Saya sangat kagum dengan ungkapan makalah tersebut yang ringkas, maknanya yang cermat, dan adabnya yang sopan. Seperti inilah hendaknya kalian menulis, wahai Ikhwan! Menulislah dengan dukungan hati yang tulus. Semoga Allah Ta’ala selalu bersamamu.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hasan Al-Banna.





DR. Abdus Shabur Syahin berkata: “Yang saya tulis ini adalah penghormatan bagiku, sebelum menjadi pengantar buku. Sebab, buku yang disampulnya tertulis nama ustadz Muhammad Al-Ghazali tidak lagi membutuhkan pengantar. Menurutku, ia meraih mahkota ilmu yang melimpah. Dunia telah membaca bukunya tentang Islam dan dakwah. Juga menerima karya yang belum pernah diterima dari seorangpun yang sezaman dengannya. Kita dapat mengatakan, zaman kita sekarang ini milik ustadz Muhammad Al-Ghazali.

Syeikh Al-Azhar Abdul Halim Mahmud mengakui kemuliaan dan membanggakan syeikh Muhammad Al-Ghazali dengan mengatakan: “Kita punya Muhammad Al-Ghazali yang masih hidup dan Muhammad Al-Ghazali penyusun kitab Al-Ihya”. (Yakni Muhammad Al-Ghazali dan Imam Al-Ghazali penyusun kitab Ihya Ulumuddin).

Aktivis muda Islam memperoleh manfaat dari ilmu, keberanian, keterusterangan, kejujuran dan kejelasan sikap syeikh Muhammad Al-Ghazali.

Ia punya kader di Al-Azhar Mesir, Ummul Qura di Mekah Al-Mukarramah, Fakultas syariah di Qatar, Universitas Al-Amir Abdul Qadir lil ulum Al-Islamiyah Al-Jazair, dan kader lain yang terbina melalui khutbah, kajian, ceramah, seminar, buku, makalah, pertemuan dan muktamar.

Kader syeikh Muhammad Al-Ghazali yang mencapai ribuan di penjuru dunia Islam setia pada dakwah Islam, mengibarkan bendera Islam bersama syeikh mereka dan menyebar ke berbagai penjuru untuk menyampaikan ajaran Islam, menuntun umat kepada kebaikan, keberuntungan dan kemenangan.

Di antara murid Muhammad Al-Ghazali ada yang menjadi ulama besar, antara lain Prof. DR. Yusuf Al-Qardhawi, syeikh Manna Al-Qattan, DR. Ahmad Assal dan lain-lainnya.

Karya-karya ilmiah syeikh Muhammad Al-Ghazali

Syeikh Muhammad Al-Ghazali mewariskan enam puluh buku lebih dalam berbagai tema, plus ceramah, seminar, khutbah, nasihat, kajian dan dialog yang disampaikan di Mesir maupun di luar Mesir. Khutbah yang ia sampaikan di jami’ Al-Azhar, Amr bin Al-Ash, dan khutbah Ied di lapangan Abidin serta jami’ Mahmud punya arti dan pengaruh sangat besar, sebab dihadiri ribuan pendengar.

Diantara buah karya beliau adalah:

• Minhuna na’lam

• Al-Islam wal istibdadus siyasi

• Aqidatul muslim

• Fiqhus sirah

• Khuluqul muslim

• Laisa minal Islam. Dan lain-lainnya….

Sebagian besar buku-buku beliau telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain: bahasa Inggris, Turki, Perancis, Urdu, Indonesia dan lain sebagainya.

Mayoritas penerjemah adalah murid-murid syeikh Muhammad Al-Ghazali, pengagum dan orang-orang yang mendapat manfaat dari curahan ilmunya.

Sifat-sifat syeikh Muhammad Al-Ghazali

DR. Yusuf Al-Qardhawi berkata: “Mungkin Anda berbeda pandangan dengan Al-Ghazali, atau ia berbeda pendapat dengan Anda dalam masalah-masalah kecil maupun besar, sedikit atau banyak masalah. Tapi, apabila Anda mengenalnya dengan baik, Anda pasti mencintai dan menghormatinya. Karena Anda tahu keikhlasan dan ketundukannya kepada kebenaran, keistiqamahan orientasi dan ghirah nya yang murni untuk Islam.

Memang, Muhammad Al-Ghazali temperamental. Kemarahannya meluap seperti ombak lautan yang menghanyutkan, atau seperti letusan gunung berapi yang meluluhlantakkan. Ia seperti itu karena benci kezhaliman dan kehinaan, baik pada dirinya atau orang lain, tidak suka berlaku zhalim atau dizhalimi, anti merendahkan kehormatan siapa pun dan direndahkan siapa pun, serta tidak menyukai penyimpangan, terutama bila berkedok agama. Ia akan memerangi itu semua dengan sembunyi maupun terang-terangan. Ia berani saat menyerang hal-hal yang diyakininya keliru dan pemberani saat mengakui kekeliruannya.

Pulang ke Rahmatullah

Syeikh Muhammad Al-Ghazali wafat di Riyadh, Arab Saudi, tanggal 9 Maret 1996. Jenazahnya dipindah ke Madinah Al-Munawarah untuk di makamkan di Al-Baqi’. Yang mulia Amir Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud memiliki peran penting dalam memberikan penghargaan kepada Al-Ghazali, baik saat masih hidup maupun setelah meninggal. Juga memberikan bantuan kepada keluarganya.

Semoga Allah ta’ala merahmati syeikh Muhammad Al-Ghazali, memberi balasan yang baik karena jasa-jasanya kepada kaum muslimin. Semoga Allah mengumpulkan kita dan dia bersama para nabi, shiddiqin dan para syuhada dan shalihin. Mereka adalah sebaik-baik teman.


Malik Bin nabi
Tokoh Peradaban Islam (1323-1393 hijrah bersamaan 1905-1973 masihi)


Ustaz Malik bin Nabi lahir di kota Qasanthinah, Algeria, pada tahun 1905. Ayahnya bernama Haji Umar bin Khudar bin Musthafa bin Nabi. Ketika kecilnya keluarganya pindah ke wilayah Tibsah. Sejak di sana, ia menghadiri tempat pengajian ilmu untuk mempelajari Al-Quran. Dalam waktu yang sama, beliau belajar di sekolah Ibtidaiyyah dan selalu mendapat tempat pertama di sekolahnya. Selanjutnya beliau meneruskan pengajian ke sekolah menengah di kota Qasanthinah. Di sana beliau aktif menghadiri pengajian yang disampaikan oleh Syeikh Ibnu Abid dan Sheikh Maulud bin Muhana di masjid besar.

Sejak kecil, Malik bin Nabi gemar membaca. Ia telah membaca syair masa jahiliyyah, bani umayyah, dan bani abasiyyah. Beliau tertarik dengan syair-syair Amrul Qays, Asy-Syanfari, Antarah, Farazdaq, Al-Akhthal, Abu Nuwas, serta penyair moden seperti Hafidz Ibrahim, Ma'ruf Ar-Rashafi, dan penyair-penyair yang hidup dalam pengasingan seperti Gibran Khalil Gibran dan Ilya Abu Madhi.

Rumah Malik bin Nabi berdekatan dengan pejabat Syaikh Abdul Hamid bin Badis, ketua Jam'iyatul Ulama' Muslimin Jazairiyin. Ia pun menerima pendidikan daripada guru dan pengikut Ibnu Badis. Mereka ibarat dua madrasah iaitu madrasah politik dan madrasah pengislahan. Setelah tamat sekolah menengah, Malik bin Nabi bekerja. Pada tahun 1930, beliau berangkat ke Perancis untuk belajar di Lembaga Studi Ketimuran, namun sukar untuk dirinya memasukinya. Maka beliau mendaftar di Universiti Listrik pada tahun 1935 dan beliau lulus dengan gelaran insenior.

Pengajian dan analisa Malik bin Nabi adalah berfokus pada keupayaan mengenali penyakit-penyakit dunia secara umum. Beliau telah mendapati bahawa agama adalah pangkal peradaban sebab suatu peradaban tidak akan muncul kecuali dalam bentuk wahyu yang menjadi syariat dan manhaj bagi manusia. Malik bin Nabi bermukim di Mesir pada tahun 1956 dan beliau kembali ke tempat kelahirannya di Al-Jazair pada tahun 1973. Tak selang beberapa lama, pada bulan oktober tahun selepasnya beliau meninggal dunia di bumi kelahirannya.


Murid-Murid Malik bin Nabi

Banyak pemuda di barat dan di timur terpengaruh dengan gaya pemikiran Malik bin Nabi, antaranya ialah: Ustaz Rasyid bin Isa dari Al-Jazair, Ustaz Umar Masqawi dari Lubnan, Ustaz Jaudat Said dari Syria, Dr. Abdush Shabur Syahin dari Mesir, dan pemikir Islam kontemporer yang lain.

Karya dan Pengaruh Malik bin Nabi

Ustaz Malik bin Nabi menyumbangkan beberapa karya yang mana sebahagian karyanya diterjemahkan di dalam bahasa arab. Hampir keseluruhan karyanya adalah tentang masalah-masalah peradaban seperti:

1.Azh-Zhahirah Al-Qur'aniyyah
2.Wijhatul cAlam al-Islami
3.Al-Fikrah al-Afriqiyah Al-Asiawiyah
4.Syuruthun Nahdhah
5.Yaumiyat Syahidun lil Qarn
6.Musykilatun afkar fil cAlamil Islami
7.Afaqun Jaza-iriyah
8.Al-Muslimu fi 'Alamil Iqtisod
9.Labbaik
10.Bainar Rasyad wat Tih
11.Intajul Mustasyriqin wa Atsaruhu fil Fikril Islami Al-Hadits
12.Taammulat
13.Fi Mahbil Ma'arakah
14.Al-Qadhaya al-Kubra
15.Musykilatun Tsaqafah
16.Miladu Mujtamac
17.Min Ajlit Taghyir
18.dan lain-lain lagi..

Tema-tema buku Malik bin Nabi memberikan pemahaman kepada pemuda tentang penjajah Barat yang menjajahi dunia Islam dan cara-cara mereka menghina bangsa muslim. Beliau juga menerangkan kebangkitan peradaban barat, cara menghadapinya, dan keperibadian muslim serta ciri-cirinya.

Ustaz Malik bin Nabi menyedarkan umatnya bahawa bahayanya menerima penjajahan dan dijajah. Hal ini kerana penjajahan akan membuatkan umat Islam lupa akan zaman kegemilangan Islam masa silam. Beliau menyeru umat Islam agar menjunjung Islam sebagai agama yang Tertinggi dan sebagai cara hidup umat Islam.


Dr. Musthafa Husni As Siba’i (Ulama', mujahid, dan Pendakwah: 1915-1964)


Syekh Musthafa As Siba’i nama lengkapnya adalah Syekh. DR. Musthafa Husni As Siba’i dengan panggilan Abu Hasan, lahir di kota Himsh, Syria, tahun 1915. Beliau anak dari seorang ulama, mujahid dan khatib yang terkenal di masjid Jami’ Himsh, Syekh Husni As Siba’i. Syeikh Husni As-Siba'i adalah pencita kebaikan dan berpendirian teguh dalam beberapa yayasan sosial Islam. Anaknya iaitu Musthafa As-siba'i sentiasa menemani ayahnya Sheikh Husni di majlis-majlis ilmu yang dihadiri oleh ulama'-ulama' Himsh seperti Thahir Ar-Raes, Said Al-Maluhi, Faiq Al-Atasi, dan Raghib Al-Wafa'i. Ketika Musthafa As-Siba'i meminang seorang gadis, keluarga yang mengiringinya telah memberitahu keluarga bakal isterinya bahawa Musthafa As-Siba'i adalah orang yang menyibukkan diri dalam sebahagian waktunya untuk menjalankan tugas dakwah Islam. Hal ini diberitahu agar pihak isterinya tahu akan keadaannya. Maka mereka menerima pinangannya.


Pada tahun 1933, Musthafa As Siba’i pergi ke Mesir untuk menuntut ilmu di Universiti Al-Azhar. Di Mesir beliau bertemu dan berkenalan dengan Imam Hasan Al-Banna, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimin. Ketika menjadi mahasiswa di Mesir, Musthafa As Siba’i tidak hanya sibuk di bangku kuliah mengejar prestasi akademik, beliau juga aktif dalam kegiatan ekstra kampus bersama Al-Ikhwan Al-Muslimin, melakukan pembelaan terhadap umat, dan ikut berbagai demonstrasi menentang penjajah Inggris tahun 1941.


Beliau juga ikut mendukung Revolusi Rasyid Ali Al-Kailani di Irak melawan Inggris. Akibatnya, beliau bersama teman-temannya ditahan pemerintah Mesir atas instruksi penjajah Inggris. Musthafa As Siba’i mendekam dalam tahanan sekitar tiga bulan, kemudian di pindah ke penjara Sharfanda di Palestina dan mendekam di sana selama empat bulan. Pada tahun 1942, beliau mengumpulkan seluruh potensi perjuangan umat Islam di Suriah yang terdiri dari ulama, da’i, aktivis, tokoh-tokoh lembaga Islam dari berbagai propinsi untuk berjuang dalam satu jama’ah yang disepakati, yaitu Jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimin. Delegasi Mesir yang hadir pada pertemuan itu adalah Ustadz Said Ramadhan (menantu Imam Hasan Al-Banna).


Pada tahun 1945, diadakan pertemuan kembali dan para peserta pertemuan sepakat untuk memilih Musthafa As Siba’i sebagai Muraqib ‘Am (Pengawas Umum) Al-Ikhwan Al-Muslimin Syria. Tahun 1948 terjadi Perang Palestin, Musthafa As Siba’i, Muraqib Am Al-Ikhwan Al-Muslimin Suriah memimpin langsung batalion Syria dan bergabung dengan 10.000 pasukan Al-Ikhwan Al-Muslimin dari berbagai negara Arab untuk membantu rakyat Palestin yang sedang berjuang melawan penjajah Zionis Yahudi.


Pasukan Syekh Musthafa As Siba’i dengan semangat jihad yang tinggi, pengorbanan yang besar, berhasil masuk ke kota suci Al-Quds, jika tidak ada pengkhianatan para pemimpin Arab tentu Palestina akan lain ceritanya dengan yang terjadi saat ini, itulah episod sejarah perjuangan yang senantiasa dicemari oleh para pengkhianat penjual umat dan tanah airnya karena cinta dunia dan takut mati.


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(QS: Al-Anfaal/8: 27).


Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.(QS: Al-Hajj/ 22: 38).


Syekh Musthafa As Siba’i secara khusus menulis buku tentang jihad di Palestin yang berjudul Jihaduna fi Filisthin. Di dalam buku Al-Ikhwan fi Harbi Filisthin, Syekh Musthafa As Siba’i berkata, “Ketika berada di medan pertempuran Al-Quds, kami merasakan di sana ada manuver-manuver yang terjadi di tingkat internasional dan tingkat pemerintahan resmi negara-negara Arab. Kami yang tergabung di batalion Al-Ikhwan Al-Muslimin memusyawarahkan hal-hal yang perlu kita tempuh, setelah adanya instruksi kepada kami untuk mengundurkan diri dari Al-Quds. Kami sepakat tidak mampu menentang instruksi kepada kami untuk meninggalkan Al-Quds, karena berbagai pertimbangan. Kami juga sepakat sesampainya di Damaskus, kami mengirim sebagian Al-Ikhwan Al-Muslimin ke Al-Quds sekali lagi secara sembunyi-sembunyi, untuk mempelajari apakah ada kemungkinan kembali lagi ke sana secara pribadi, demi melanjutkan perjuangan kami membela Palestin. Kami kembali ke Damaskus bersama seluruh anggota batalion dan komandan-komandannya yang bergabung dengan pasukan penyelamat. Pasukan penyelamat ini melucuti persenjataan kami dan berjanji mengundang kami sekali lagi bila dibutuhkan.”


Tahun 1949, Syekh Musthafa As Siba’i meraih gelar Doktor dari Fakulti At Tasyri’ Al-Islami dan Sejarahnya dari Universiti Al-Azhar dengan disertasi berjudul As Sunnah wa Makanatuha fit Tasyri’ Al-Islami, lulus dengan sama cumlaude. Dalam tesisnya tersebut As Sibaai' menyanggah habis argument kaum Orientalis tentang kedudukan As Sunnah dalam Syariat Islam. Beliau juga menulis buku khusus tentang orientalis dengan judul, Al-istisyraq Wal Mustasyriqun (Orientalisme dan kaum Orientalis). Tahun 1953, Syekh Mustafa As Siba’i menghadiri konfrensi Islam untuk pembelaan Al-Quds yang diadakan di kota Al-Quds dan dihadiri oleh perwakilan Al-Ikhwan Al-Muslimin dari seluruh negara Arab dan para tokoh Islam dunia, termasuk saat itu hadir Dr. Muhammad Natsir sebagai wakil Indonesia.


Selama tujuh tahun Syeikh As Siba’i menderita lumpuh pada sebagian tubuhnya termasuk tangan kirinya, tetapi beliau sabar, pasrah terhadap ketentuan Allah, ridha terhadap hukum-Nya. Walaupun lumpuh sebagian tubuhnya tidak menghalangi beliau untuk berdakwah dan membina umat. Syekh Siba’i, tidak hanya piawai dalam menulis, ahli dalam pidato, beliau juga memperaktekkan kewajiban agama dengan ikhlas dan mengharapkan ridha Allah, padahal keadaan tubuhnya sudah uzur karena lumpuh dan sakit yang diderita.


Dengan menggunakan tongkat, beliau berjalan di pagi hari dan petang hari menuju masjid untuk solat, sujud dan rukuk kepada Allah, pada saat yang sama ada orang yang badannya sehat, berjalan tidak bertongkat, penampilannya memikat, enggan dan tidak mau datang ke masjid untuk melaksanakan solat, terutama sekali solat subuh berjama’ah di masjid.


Hari Sabtu, 3/10/1964, Syekh. DR. Musthafa Siba’i, pembela Palestina dan kota Suci Al-Quds, pejuang yang gigih lagi sabar meninggal dunia di kota Himsh. Jenazahnya diiringi rombongan yang besar dan dishalatkan di masjid Jami’ Al-Umawi, Damaskus. Waktu itu secara bergantian para khatib menyampaikan ucapan takziah yang amat tersentuh jiwa. Di antaranya Dr. Hasan Huwaidi, Ustaz Muhammad Al-Mubarak, Ustaz Muhammad Al-Majdzub, Ustaz Masyhur Hasan, Syeikh Abdul Rauf Abu Thauq, Dr. Muhammad Adib As-Shalih (penyair Muhammad Al-Hasanawi), dan lain-lain lagi.


Mufti Palestin, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini juga memberi kesaksian, "Syria kehilangan tokoh besar mujahid agung. Dunia Islam kehilangan ulama besar, ustadz mulia dan dai piawai. Saya mengenalnya dan melihat pada dirinya keikhlasan, kejujuran, keterbukaan, tekad baja, motivasi kuat dalam membela akidah dan prinsip. Ia memiliki kans besar dan peran nyata dalam melayani problematika Islam dan Arab, terutama problematika Suriah dan Palestina. Ia memimpin batalyon Al-Ikhwan Al-Muslimin demi membela Baitul Maqdis tahun 1948."


Semoga Allah mengampuni segala dosanya, menerima segala ibadahnya dan memasukkan beliau ke dalam surga bersama para Nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih, amin.


Abu A'la Al-Mawdudi (Ulama' yang cerdas: 1321-1399 hijrah/ 1903-1979 M)

Abu A'la Al-Mawdudi dilahirkan pada Tahun 1903 di Kota Aurangabad, Deccan, India (bahagian selatan). Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang dikenali sebagai ahli ilmu dan bertaqwa. Di dalam keluarga inilah beliau mempelajari ilmu bahasa Arab, ilmu Al-Quran dan Hadis. Beliau telah menghafaz kitab Al-Muwatha' karya Imam Malik Rahimahullah. Beliau telah berkecimpung di dalam arena media cetak sejak usia 17 tahun dan bergabung di dalam redaksi akhbar Al-Madinah yang siterbitkan di Bannjur serta menjadi ketua redaksi harian At-Taj yang diterbitkan di Jabalpur.

Abu A'la Al-Mawdudi berangkat ke New Delhi untuk menemui mufti India. Syeikh Kifayatullah Ad-Dahlawi dan Syeikh Sa'id Sabhanul Hind yang mengangkatnya sebagai pemimpin redaksi surat khabar Muslim di New Delhi. Beliau juga menjadi pemimpin redaksi harian Al-Jam'iyyah sejak tahun 1924 hingga tahun 1928.

Pada tahun 1926, Abu A'la Al-Mawdudi mula menulis buku bersiri yang bertajuk Al-Jihad fil Islam. Artikel-artikel yang akhirnya menjadi buku ini merupakan salah satu usaha bantahan terhadap pemimpin besar nasional India iaitu Mahatma Gandhi. Disusuli pula buku kedua berjudul al-Jihad fi sabilillah yang menyedarkan umat Islam agar kembali memahami bahawa jihad itu pertahanan. Buku ini dan buku-buku penulisannya yang lain telah diterjemahkan di dalam bahasa Arab dan menjadi buku yang perlu dibaca anggota Ikhwan Al-Muslimin di dunia Arab.

Ketika berlaku pembahagian India pada tahun 1947, Al-Mawdudi telah berpindah ke Pakistan dan menuntut penerapan syariat Islam di setiap institusi negara melalui khutbah, ceramah, dan penulisannya. Pemerintah Pakistan merasakan tergugat lalu menangkapnya dan memasukkannya ke dalam penjara bersama beberapa orang pengikutnya. Pada Jun 1950, pemerintah telah membebaskan Al-Mawdudi bersama rakan-rakannya setelah 20 tahun ditahan di penjara disebabkan desakan rakyat.

Al-Mawdudi pernah dipenjarakan sebanyak 3 kali. Setiap keluar dari penjara, beliau akan berasa bersemangat dan bertekad untuk meneruskan perjuangan dakwah Islam. Beliau pernah diancam dengan hukuman mati oleh pemerintah yang zalim ketika itu. Namun ancaman itu tidak menggertakkan beliau untuk berhenti berdakwah, malahan beliau semakin aktif bersama jemaahnya beramal dan berdakwah bersesuaian dengan manhaj Islam.

Beliau telah pulang ke Rahmatullah pada 20 September 1979 di sebuah Hospital di New York. Ramai yang menziarahi beliau di antaranya ialah Ustaz Saiful Islam bin Hasan Al-Banna, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Abdul Aziz Ali Al-Muthawwi', Sa'id Hawwa dan tokoh-tokoh lain di setiap penjuru dunia. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi telah mengimamkan solat jenazah bersama sejumlah besar rakyat ke atas jenazah Al-Mawdudi. Semoga Allah merahmati Abu A'la Al-Mawdudi. amin.


Said Hawwa (Pendakwah Pergerakan Dunia: 1354-1410 hijrah/ 1935-1989 M)

Syaikh Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa lahir di kota Hamah, Syria, tahun 1935. Ia berusia 2 tahun ketika ibunya meninggal dunia. Ia pindah ke rumah neneknya di bawah asuhan ayahnya, seorang pejuang berani yang berjihad melawan perancis. Pada masa mudanya berkembang pemikiran sosialis,Nasional, Ba’ats, dan Ikhwanul Muslimin. Allah memberikan kebaikan untuknya dengan bergabung ke dalam Jama’ah Ikhwanul Muslimin, tahun 1952, saat ia masih pelajar SMU.

Said Hawwa berguru pada beberapa syaikh Syria. Diantaranya Syaikh dan Ulama Hamah, Syaikh Muhammad Al hamid, Syaikh Muhammad Al Hasyimi, Syaikh Abdul Wahab Dabas, Syaikh Abdul Karim Arrifa’i, Syaikh Ahmad Al Murad dan Syaikh Muhammad Ali Murad. Said Hawwa juga belajar pada ustadz seperti Musthafa As-shiba’i, Mushthafa Az-Zarga, Fauzi Faidhullah, dan lain-lain.

Tahun 1961 ia lulus dari Universitas Syria, megikuti wajib ketenteraan sebagai perwira tahun 1963, menikah tahun 1964, dan dikaruniai empat orang anak.

Aktifitas Dakwah Said Hawwa

Said hawwa memberi kuliah, khutbah, dan ceramah, di Syria, Arab Saudi, Kuwait, Emirate, Iraq, Jordan, Mesir, Qatar, Palestin, Amerika dan Jerman. Ia juga berperanan bahkan mengatur demonstrasi menentang Undang-Undang Syria tahun 1973. Kemudian dia dimasukkan penjara selama 5 tahun. Di penjara dia menulis buku tafsir Al-Asas Fit Tafsir (dua belas jilid) dan sejumlah buku dakwah lain. Ia memimpin di Jama’ah Al Ikhwanul Muslimin, dilingkup nasional dan internasional. Serta berperan aktif dalam dakwah, politik dan jihad.

Said Hawwa punya peranan besar dibidang pendidikan. Ia bekerja sebagai pengajar di luar Syria. Ia mengajar di Arab Saudi selama 5 tahun, kota Al Hufuf wilayah Al Ihsa selama 2 tahun, dan Madinah Al Munawwarah selama tiga tahun.

Jejak-Jejak Kebaikan dan Warisan Ilmiah Said Hawwa

Said hawwa punya jadual memberi pelajaran, dialog, dan ceramah, di Jami’iyah Al Ishlah Al Ijtimia’i di Kuwait dan Madrasah An najah. Ceramahnya mendapat respon positif dari generasi muda kebangkitan Islam.

Antara sifat peribadi Syeikh S’aid Hawa yang menyebabkan beliau disegani kawan-rakan serta ulamak-ulamak sezaman dengannya ialah kezuhudan dan kewarakannya. Ustaz Zuhair asy-Syawisy dalam tulisannya tentang Sa’id Hawwa dalam harian al-Liwa’ yang diterbitkan di Jordan telah menceritakan; “….Saya pernah mengunjunginya di al-Ahsa’ ketika ia menjadi pengajar di al-Ma’had al-‘Ilmi. Saya tidak menemukan perabot di rumahnya kecuali sesuatu yang dapat memenuhi keperluan seorang yang hidup sederhana. Juga tidak saya temukan pakaian yang layak dipakai oleh ulama’ dan pengajar di negeri yang panas itu. Baju jubah yang dipakainya dari buatan Hamat yang kasar. Saya terus mendesaknya hingga ia mahu memakai beberapa pakaian putih dan ‘aba’ah (baju luaran) yang layak bagi orang seperti dirinya, tetapi ia mensyaratkan agar tidak terlalu longgar. Sedangkan makanannya, tidak lebih baik dari pakaian dan perabot rumahnya. Termasuk dalam kategori ini adalah sikapnya yang ‘mudah’ kepada orang-orang yang menerbitkan buku-bukunya baik yang telah mendapatkan izinnya atau tidak. Buku-bukunya telah dicetak berulang-ulang -dengan cara halal dan haram-, tetapi saya tidak pernah mendengar ia mempersoalkan hal tersebut. Ini termasuk sebahagian dari zuhudnya. Sesungguhnya akhlaq dan toleransi Sa’id Hawwa ini merupakan kebanggan dan teladan bagi orang lain. Inilah kesaksian yang dapat saya sampaikan.” (al-Liwa’, edisi 15/3/1989)


Karya-karya Said Hawwa

Said Hawwa memiliki karya tulis berkenaan dakwah dan gerakan, yg diminati para pemuda muslim dinegeri2 arab dan islam. Sebagian besar karya tulisnya diterjemahkan ke bahasa lain.

Diantara karangan yg telah diterbitkan :

1. Allah Jalla Jalaluhu
2. Ar rasul Shallallahu alaihi wassalam
3. Al islam
4. Al asa fit tafsir
5. Tarbiyatuna Arruhiyah
6. Jundullah Tsaqafatan wa Akhlaqan
7. dan lain-lain

Pengaruh Said Hawwa tidak terbatas kepada masyarakat Islam di Syria, Jordan dan Arab Saudi sahaja bahkan telah tersebar ke seluruh pelusuk dunia. Karyanya tersebar ke seluruh dunia dan berjaya mempengaruhi ramai pendukung gerakan Islam kerana kajiannya yang kontemporari. Menurut Ahmad al-Jawwad banyak gerakan Islam di dunia termasuklah gerakan Islam di Palestin,Yaman, Nigeria dan tempat-tempat lain terkesan dengan hasil karya Sa،id Hawwa.

Adnan Sa'd al-Din pula menyebut bahawa beliau seorang tokoh yang mendalami karya-karya peninggalan Hassan al-Banna sekaligus mengaguminya. Beliau tersohor sebagai penulis yang mengaitkan tulisannya dengan realiti hidup. Buku-buku dan pemikirannya tersebar seperti hujan lebat yang turun. Hasil-hasil karyanya diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa di dunia Islam. Buku-buku karangan beliau adalah setanding dengan karya tokoh-tokoh seperti Sayyid Qutb, ،Abd al-Qadir ،Awdah, Dr.Yusuf al-Qardawi dan Muhammad al-Ghazali. Menurutnya lagi beberapa gerakan Islam di Tanah Arab, Afrika Selatan, benua Afrika dan Asia Tenggara diasaskan berdasarkan pemikiran Sa،id Hawwa dari segi perancangan dan gerakan.

Sa،di Zaydan pula menyebut di dalam kajiannya:

“…Karyanya tersebar ke seluruh dunia Islam dan diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa menyebabkan beliau terkenal. Beliau seorang pendakwah yang terserlah jika diukur dengan usianya yang pendek. Walaupun begitu hidupnya penuh dengan sumbangan. Lebih-lebih lagi karyanya bukanlah ulangan kepada hasil usaha pengkaji yang lalu tetapi beliau membawa ijtihad yang baru.

Pemikiran dakwah Sa،id Hawwa tersebar di Asia Tenggara melalui buku-bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu atau melalui pelajar-pelajar yang belajar di Timur Tengah. Beberapa gerakan Islam telah menjadikan karya beliau sebagai bahan rujukan mereka. Sebahagian bukunya pula menjadi rujukan di universiti. Kesimpulannya pemikiran dakwah Sa،id Hawwa tersebar ke serata dunia.


Pulang ke Rahmatullah

Pada tahun 1987 Syaikh Said Hawwa terkena stroke, hingga sebagian anggota badannya lumpuh. Ia juga mengalami komplikasi berbagai penyakit. Ini memaksanya jauh dari masyarakat.

Pada tanggal 14 desember 1988 Said Hawwa dimasukkan di rumah sakit dan keadaannya tidak baik , sehinggalah wafat pada hari kamis tanggal 9 mac 1989 di rumah sakit Amman, Jordan.Jenazah Said Hawwa disembahyangkan di Masjid al-Fayha’, al-Syimisyani selepas solat Jumaat. Jenazah beliau disembahyangkan dengan diimami oleh anak sulungnya Muhammad. Dr.،Ali al-Faqir menyentuh di dalam khutbahnya tentang kelebihan ilmu dan ulama serta kesan pemergian ulama terhadap umat. Beliau menyeru sidang Jumaat untuk mengenang jasa Sa،id Hawwa dengan menyebut tentang ilmu al-marhum yang tersebar luas. Selain itu, beberapa orang khatib yang lain turut menyebut kebaikan Sa،id Hawwa di dalam khutbah mereka seperti Dr.Ahmad al-،Uwaysyah , Hamzah Mansur dan Nasir al-Din Mustafa al-Idlibi.

Jenazah beliau telah diiringi oleh lebih daripada sepuluh ribu orang ke tanah perkuburan Sahab. Di sana, beberapa individu telah menyebut jasa-jasa beliau sebagai penghormatan terakhir. Mereka yang memberi ucapan ialah Dr. ،Ali al-Faqir, Yusuf al-،Azam, Abu Sa،id al-Mayadin, ،Abd al-Jalil al-Razzuq dan ،Abd- Allah al-Tantawi.


Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Al akh Said hawwa yang sabar terhadap komplikasi penyakit, penyiksaan, dan ujian meyakitkan di penjara selama bertahun tahun. Semoga Allah menjadikan itu sebagai pemberat timbangan amal kebaikannya, mengampuni kita, dan mengumpulkan kita di bersama para nabi, orang orang shiddiq, syuhada, dan orang-orang shalih, karena mereka sebaik-baik teman. amin.


As-Syahid Abdul Qadir Audah (Hakim yang Syahid: 1324-1374 hijrah/ 1906-1954)

As-Syahid Ustaz Abdul Qadir Audah merupakan pakar undang-undang dan hakim yang berkeahlian dalam bidang Fiqh. Buku beliau yang terkenal, at-Tasyri’ al-Jina’i fil Islam Muqarrinan bil Qanun al-Wadhi’ telah menjadi fenomena dan mencipta perubahan yang besar pada pemikiran kaum intelektual di Mesir kerana buku ini telah memperlihatkan keunggulan Undang-undang syariat atas undang-undang konvensional. Ianya telah menjadi rujukan ulama’, ahli fikah, pengamal undang-undang dan pensyarah di pelbagai universiti.

Ustaz Abdul Kadir Audah merupakan tokoh gerakan Islam kontemporari, Daei Islam di zaman moden dan pemimpin besar Ikhwanul Muslimin. Kata-katanya didengar semua orang, mempunyai kedudukan yang tinggi pada Ikhwanul Muslimin dan rakyat Mesir secara umum. Beliau berperanan penting dan berpengaruh dalam perjalanan pelbagai peristiwa di Mesir setelah syahidnya Imam Hasan al-Banna pada 12 Februari 1949. Beliau memikul amanah besar sebagai wakil am Ikhwanul Muslimin bersama Mursyidul Am kedua, Ustaz Hasan al-Hudaibi. Ketika itu juga beliau mengundurkan diri daripada profesion kehakiman untuk menumpukan tugas dakwah Islam.

Ustaz Abdul Qadir Audah memiliki kedudukan khusus di hati ahli-ahli ikhwan, mendapat kecintaan, kehormatan, dan kemuliaan. Saya sebagai penulis di sini juga amat menyanjungi pengorbanannya di dalam menjalankan dakwah fisabilillah. Ustaz Abdul Qadir Audah termasuk orang-orang yang paling dicintai oleh Ustaz Imam As-Syahid Hasan Al-Banna dan namanya sering disebut-sebut di hadapan ahli-ahli ikhwan dengan bangga. Beliau juga amat rapat dengan Ustaz Hasan Al-Hudaibi, Mursyidul Am kedua Ikhwanul Muslimin.

Ustaz Abdul Kadir Audah termasuk orang-orang Ikhwan yang menyokong Revolusi 23 Julai 1952 dan berbaik sangka kepada Gamal Abdul Nasir dan memandang baik tindakannya kerana dia adalah perwira dari Ikhwanul Muslimin yang wajib diberi dukungan. Ini kerana beliau mengira Gamal Abdul Nasir merealisasikan kebaikan yang diisytiharkan di depan rakyat. Sokongan beliau ini telah mengundang kemarahan ramai Ikhwan dan para pecintanya. Namun setelah terserlah niat jahat Gamal Abdul Nasir, beliau menjadi orang yang paling lantang menentang segala pembohongan dan kezalimannya.

Ketika terjadi perselisihan antara Ikhwanul Muslimin dengan Gagasan Perwira Revolusi iaitu Gamal Abdul Nasir, Gamal Abdul Nasir telah meluahkan permusuhannya, pembohongannya, mengingakari semua janji dan persepakatan yang dibuat olehnya, mengkhianati amanah serta mengepung Ikhwanul Muslimin. Ustaz Abdul Qadir Audah ketika itu sebagai Wakil Am Ikhwanul Muslimin mengeluarkan manifesto bersejarah yang dpanggil Hadza Bayanu linnaas yang menyatakan menolak semua dakwaan Gamal Abdul Nasir, pembohongan, pendustaan, dan tuduhannya.

As-Syahid Abdul Qadir Audah menjalankan aktiviti dakwah dan tanggungjawabnya di dalam Jemaah Ikhwan Al-Muslimin sehinggalah beliau syahid di tiang gantung pada 7 Disember 1954 atas arahan Gamal Abdul Nasir yang sangat dendam kepada Ustaz Abdul Qadir Audah kerana kedudukannya dan kekuatan peribadi As-Syahid. Abdul Qadir Audah dijatuhkan hukuman mati bersama rakan-rakannya yang mulia iaitu: As-Syahid Muhammad Farghali, As-Syahid Yusuf Thal'at, As-Syahid Ibrahim Ath-Thayyib, As-Syahid Mahmud Abdul Latif, dan As-Syahid Hindawi Duwair.

Pelaksanaan hukuman gantung terhadap keenam-enam Syuhada' ini berlangsung satu demi satu di penjara Mesir selama 3 jam. Pada hari itu, kebencian dan kemurkaan memenuhi penjuru dunia Islam. Gamal Abdul Nasir secara zalim telah memilih untuk membunuh secara zalim keenam-enam pejuang Islam atas dasar kebencian. Ketika Penguasa mengiringi Abdul Qadir Audah bersama rakan-rakan syuhada' yang lain untuk dijatuhkan hukuman mati, Hakim As-Syahid Ustaz Abdul Qadir Audah maju ke tiang gantungan dengan berani dan hatinya mendekatkan diri kepada Allah dengan menerima takdirnya. Perkataan terakhir yang beliau ucapkan sebelum pelaksanaan hukuman mati ialah: "Darahku akan menjadi laknat atas pemimpim-pemimpin revolusi".

Allah mengabulkan doa As-Syahid Abdul Qadir Audah dan tiada seorang pun di antara orang yang zalim ini selamat dari seksaan Allah di dunia. Mereka mengalami tragedi secara berturut-turut. Gamal Salim, yang merupakan Ketua Mahkamah telah menderita penyakit Saraf. Saudara Gamal Salim iaitu Shalah Salim juga dihukum Allah dengan ginjalnya tidak berfungsi hinggakan air kencing tertahan serta mati keracunan. Syamsu Badran dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Kaunselor Abdul Hakim Amir mati bunuh diri. Hamzah Basyuni terlanggar trak hingga tubuhnya koyak-rabak bertebaran di tanah. Al-Askari Ghunaim ditemukan mati di tengah kebun. Ash-Shaul Yasin pula telah diserang untanya sehingga retak tulangnya dan mati. Dan banyak lagi pemimpin-pemimpin yang zalim dihukum Allah atas kezaliman mereka. Kita lihatlah Allah menunjukkan Kekuasaan-Nya terhadap mereka yang berani melakukan kezaliman. Gamal Abdul Nasir yang masih hidup, maka kehidupannya dipenuhi dengan ketakutan dan keresahan tidak kira dalam lena atau terjaga. Bahkan kuburnya digenangi aliran air. Semua ini patut menjadi iktibar bagi orang-orang yang menginginkan kezaliman agar bertaubat kepada Allah.

Kita lihatlah dengan mata kepala kita akan ayat-ayat Allah pada diri orang-orang yang berbuat zalim keji kepada Ikhwanul Muslimin. Raja Faruq yang memerangi Ikhwan pada tahun 1948, akhirnya dipecat dan diusir pada tahun 1952. Gamal Abdul Nasir yang menindas Ikhwan pada 1954, yang terjadi setelah itu ialah peperangan hari Selasa terhadap Mesir oleh Israel yang menduduki Sina' dan Port Said. Mereka (pihak Mesir) menyerang lagi pada tahun 1965 dan hal ini menjadi sebab kekalahan bagi mereka pada tahun 1967 yang menyebabkan kematian Abdul Hakim Amir. Dan setelah itu disusuli dengan kematiannya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada orang alim, aktivis Islam, hakim yang adil, Ahli Fiqh, mujahid, dan As-Syahid Ustaz Abdul Qadir Audah agar mengumpulkan kita semua dengan para Nabi, para Solihin,para Siddiqin, dan Syuhada'.

1 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

ijin kopas untuk syeikh abdul qadir audah yaa..